Selasa, 07 Februari 2012

Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP kurikulum tingkat satuan pendidikan terdiri dari empat koponen, yaitu:
  1. Tujuan Pendidikan.
  2. Struktur dan muatan kurikulum yang mencakup;
  • Mata Pelajaran
  • Muatan Lokal
  • Pengembangan diri
  • Beban belajar
  • Ketuntasan belajar
  • Kenaikan Kelas dan kelulusan
  • Penjurusan
  • Pendidikan kecakapan hidup
  • Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
  1. Kalender Pendidikan
  2. Silabus dan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran
a. Tujuan  Pendidikan
Tujuan pendidikan disini terklasifikasikan menjadi dua hal yang pertama tujuan pendidikan itu sendiri dan yang kedua visi dan misi satuan pendidikan:
1)      Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan setiap satuan pendidikan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dan dikembangkan berdasarkan tujuan pendidikan setiap satuan pendidikan, yakni:
  1. Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs/SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
  2. Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
  3. Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
2)      Visi dan Misi Satuan Pendidikan
Gaffar (1994) mengemukakan bahwa visi adalah daya pandang yang jauh, mendalam dan meluas yang merupakan daya pikir yang abstrak, yang memiliki kekuatan yang amat dahsyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik dan tempat. Sedangkan Morrisey (1997) mengemukakan bahwa visi adalah representasi dari apa yang diyakini sebagai bentuk organisasi di masa depan dalam pandangan pelanggan, karyawan, pemilik dan steakholder lainnya.
Visi dan misi satuan pendidikan dapat dikembangkan oleh lembaga masing-masing dengan memperhatikan potensi dan kelemahan masing-masing. Sebaiknya visi dan misi satuan pendidikan bukan hanya rumusan yang hampa makna, tetapi merupakan acuan yang sarat dengan makna, sehingga mewarnai seluruh kegiatan di satuan pendidikan tersebut.
b. Struktur dan muatan kurikulum
Struktur dan muatan kurikulum dalam KTSP meliputi:
1)      Mata Pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam SI Standar Isi, dan meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
(1)   Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
(2)   Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
(3)   Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
(4)   Kelompok mata pelajaran estetika.
(5)   Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
2)      Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.
3)      Pengembangan diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
4)      Beban belajar
Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik katagori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK katagori standar.
Beban Belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB katagori mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK katagori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK katagori mandiri.
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaiman tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran perminggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
Alokasi untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% – 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% – 50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% – 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktek di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut.
Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
5)      Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar adalah kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
  • Ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator adalah 0-100% dengan batas kriteria ideal minimal 75%;
  • Sekolah harus menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) per mata pelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas, dan sumber daya pendukung;
  • Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah batas kriteria, tetapi secara bertahap harus dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal.
6)      Kenaikan Kelas dan kelulusan
Kenaikan kelas dan kelulusan berisi kriteria dan mekanisme kenaikan kelas dan kelulusan serta strategi penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan sekolah. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing teknis terkait. Sesuia dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
  • Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
  • Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan;
  • Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran pengetahuan dan teknologi;
  • Lulus Ujian Nasional.
7)      Penjurusan
Penjurusan berisi kriteria dan mekanisme penjurusan serta strategi/kegiatan penelusuran bakat, minat dan prestasi yang diberlakukan sekolah. Penjurusan disusun dengan mengacu pada panduan penjurusan yang akan disusun oleh direktorat terkait. Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA.
8)      Pendidikan kecakapan hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional.
Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikan semua mata pelajaran, yang dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau dari satuan pendidikan formal lain dan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
9)      Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
a)      Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
b)      Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c)      Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
d)     Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
  1. b. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi. Kalender Pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, dan hari libur:
  • Permulaan tahun pelajaran: waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
  • Minggu efektif belajar: jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
  • Waktu pembelajaran efektif: jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
  • Waktu libur: waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
  1. c. Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
1). Silabus
Silabus atau disebut juga Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar (PDKBM) atau Garis-garis Besar Isi Program Pembelajaran (GBIPP) merupaka hasil atau produk kegiatan pengembangan perencanaan pembelajaran. Silabus adalah garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok, isi atau materi pembelajaran. Silabus merupakan hasil penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi pembelajaran yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Komponen silabus yang disusun berdasarkan standar isi tersebut, di dalamnya berisikan identitas mata pelajaran. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, evaluasi, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dengan demikian, silabus pada dasarnya membahas tentang:
  1. Kompetensi yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Materi pembelajaran yang perlu dibahas dan dipelajari siswa untuk mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Kegiatan pembelajaran yang seharusnya direncanakan oleh guru sehingga siswa mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.
  4. Indikator yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  5. Cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
  6. Waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  7. Sumber belajar yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Prinsip-prinsip yang mendasari silabus antara lain:
  1. Ilmiah
Materi dan kegiatan pembelajaran dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara keilmuan atau kebenaran ilmiah. Materi pembelajaran yang disajikan harus sahih (valid).
  1. Relevan
Ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi pembelajaran sesuai (relevan) atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual siswa.
  1. Sistematis
Silabus sebagai sebuah sistem, penyusunannya harus dilakukan secara sistematis dan merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
  1. Konsisten
Adanya konsistensi atau ketetapan (ajeg, taat asas) diantara komponen-komponen silabus, seperti kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem evaluasi.
  1. Memadai
Indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem evaluasi memadai (adequate) atau cukup untuk menunjang pencapaian penguasaan kompetensi dasar.
  1. Aktual dan Kontekstual
Indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem evaluasi memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
  1. Fleksibel
Komponen-komponen silabus dapat bersifat luwes sesuai dengan keadaan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Materi pembelajaran pun disesuaikan dengan keadaan daerah atau lingkungan siswa.
  1. Menyeluruh
Meliputi keseluruhan kompetensi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Manfaat silabus adalah:
  1. Pedoman dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
  2. Pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan pembelajaran secara klasikal, kelompok, atau individual.
  3. Pengembangan sistem evaluasi yang mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar.
1). RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah penjabaran silabus ke dalam unit-unit atau satuan kegiatan pembelajaran untuk dilaksanakan di kelas. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rencana operasional pembelajaran yang memuat beberapa indikator yang terkait untuk dilaksanakan dalam satu atau dua kali pertemuan di kelas. RPP, dan juga silabus, hendaknya disusun dengan mempertimbangkan waktu pertemuan atau alokasi waktu jam pelajaran dan minggu efektif dalam satu tahun pelajaran. Satu pertemuan bisa berlangsung selama 1 kali jam pelajaran, 2 kali jam pelajaran, atau 3 kali jam pelajaran tergantung di jadwal pelajaran sekolah. Alokasi waktu untuk satu jam pelajaran di SD/MI 35 menit, di SMP/MTs 40 menit, dan di SMA/MA 45 menit alokasi waktu dan minggu dalam satu tahun pelajaran adalah 34-38 minggu.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, yaitu:
  1. Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus jelas; makin konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetansi tersebut.
  2. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan kompetensi peserta didik.
  3. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan.
  4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.
  5. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran yang lain.
Secara sederhana komponen RPP berbasis KTSP meliputi hal-hal berikut;
  1. Identitas Meliputi; Mata pelajaran, Satuan Pendidikan, Kelas, Semester, Pertemuan Ke, dan Alokasi Waktu.
  2. Kompetensi dasar.
  3. Indikator.
  4. Tujuan Pembelajaran, sesuatu yang akan dicapai dan mengacu pada indikator.
  5. Materi standar, garis besar atau pokok-pokok yang langsung berkaitan dengan indikator dan tujuan pembelajaran.
  6. Metode pembelajaran, cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya ceramah, Tanya jawab, karya wisata, dan cara lainnya.
  7. Kegiatan pembelajaran meliputi; Kegiatan awal (pembukaan), kegiatan inti (pembentukan kompetensi), dan kegiatan akhir (penutup).
  8. Sumber belajar, meliputi alat peraga, media, dan bahan pembelajaran/buku sumber.
  9. Penilaian, dibuat untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar.

kelompok belajar


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Menurut pengertian secara psikologis(Slameto, 2003:2), belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penelitian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya berupa prestasi belajar.
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu fakor intern ( yang berasal dari dalam individu ) dan faktor ekstern atau faktor luar. Inteligensi atau kecerdasan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dari dalam (intern). Inteligensi erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki siswa meliputi kemampuan menalar, memecahkan masalah, memahami gagasan dan menggunakan bahasa.
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar(Slameto, 2003:56). Dalam kondisi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai inteligensi yang rendah. Meskipun demikian siswa yang inteligensinya tinggi belum tentu memiliki prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa yang inteligensinya rendah. Hal ini disebabkan karena belajar merupakan proses yang kompleks yang melibatkan banyak faktor yang berpengaruh misalnya status sosial ekonomi orang tua.
Sosial ekonomi keluarga erat kaitannya dengan belajar anak. Dengan sosial ekonomi yang memadai, siswa akan dapat fasilitas belajar yang memadai pula, mulai dari buku-buku, meja belajar, penerangan hingga berkesempatan untuk memilih sekolah yang baik.




1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat masalah-masalah yang diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Apakah pengertian kelompok belajar dalam pembelajaran?
2. Apa hubungan kelompok belajar dengan sosial siswa?
3. Bagaimana pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut::
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian kelompok belajar dalam pembelajaran
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kelompok belajar dengan sosial siswa
3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dan diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada sebelumnya dan memberikan gambaran mengenai pengaruh status sosial ekonomi dan IQ terhadap prestasi belajar siswa.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Sekolah yakni membantu memberikan informasi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Guru yaitu sebagai bahan masukkan dalam memahami peserta didik dilihat dari status sosial ekonomi dan kecerdasannya dan memahami interaksinya di sekolah.
c. Bagi peserta didik dapat menambah wawasan dan memberi motivasi belajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kelompok Belajar
Kelompok Belajar merupakan salah satu pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda (Anonim, 2004:11). Sedangkan menurut Ibrahim, dkk (2000: 5-6) pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya.

Menurut Ibrahim, dkk (2000: 6)
model pembelajaran kooperatif biasanya memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

  1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup dan sepenanggungan bersama.
  2. Para siswa memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
  3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memilki tujuan yang sama.
  4. Para siswa harus berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya dengan anggota kelompok lain. 
  5. Para siswa akan diberikan suatu penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

2.2 Tahap-Tahap Metode Kerja Kelompok

Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran dengan metode kelompok antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. 1 : Tahap-tahap dalam pembelajaran kerja kelompok

                        Fase
Tingkah laku guru
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan   memotivasi siswa.



Fase – 2
Menyajikan informasi.

Fase – 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.



Fase – 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Fase –5 
Evaluasi

Fase – 6
Memberikan penghargaan 

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut  dan memotivasi siswa untuk belajar.



Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Guru  menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan tansisi secara efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok  belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.


Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.

Guru mencari cara untuk menghargai upaya-upaya hasil belajar individu maupun kelompok

Berdasarkan tahap-tahap di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode kerja kelompok  harus dilakukan secara teratur agar prestasi belajar dapat meningkat. 
2.3 Tujuan Kelompok Belajar
1. Meninggikan rasa percaya diri terhadap kemampuan siswa.
2. Mengembangkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi.
3. Mewujudkan tingkah laku yang lebih efektif.
4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal.
5. Meningkatkan prestasi belajar siswa

·      Jenis-jenis Kelompok Belajar
Kelompok belajar terdiri atas berbagai macam jenis. Terbagi berdasarkan jumlah siswa per kelompok dan berdasarkan kemampuan siswa. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut :a.Kelompok belajar berdasarkan jumlah siswa per kelompok :
1.Kelompok besar, dengan jumlah siswa antara 20-40 orang, misalnyakomunitas percakapan Bahasa Inggris.
2.Kelompok kecil, dengan jumlah siswa antara 5-10 orang.
3.Kelompok individual, dengan jumlah siswa antara 1-5 orang, misalnyakelompok KIR (Karya Ilmiah Remaja)
b.Kelompok belajar berdasarkan kemampuan siswa :
1.Kelompok belajar sedang, adalah kelompok belajar yang dibentuk  berdasarkan pada kemampuan siswa yang masih membutuhkan bimbingan dan dorongan secara utuh supaya kelompok tersebut berhasil.
2.Kelompok belajar cukup, adalah kelompok belajar yang dibentuk  berdasarkan pada kemampuan siswa yang masih membutuhkanmotivasi dan perhatian supaya berhasil untuk mencapai tujuan.
3.Kelompok belajar baik, adalah kelompok belajar yang dibentuk  berdasarkan pada kemampuan siswa yang sudah mulai mandiri dalammenyelesaikan tugasnya
·      Kriteria-kriteria Pembentukan Kelompok Belajar
Dalam pembentukan kelompok belajar ada beberapa kriteria yang perludiperhatikan, antara lain: tujuan, materi, fasilitas belajar, dan karakteristik siswa..Jika fasilitas belajar dipandang hanya dapat digunakan oleh kelompok kecil secara bergantian, maka siswa harus dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
·      Teknik Pembentukan Kelompok Belajar
Untuk membentuk Kelompok belajar, ada beberapa cara atau tehnik yangdapat digunakan, yaitu pembentukan yang bersifat :
a) Teknik Pembentukan Secara Otoriter Dalam pembentukan kelompok belajar dengan cara ini kelompok ditentukan sedemikian rupa oleh guru atau pembimbing tanpamemperhatikan pendapat anak-anak.Dengan demikian maka kelompok itu besar kemungkinannya tidak sesuai dengan kehendak anak-anak..
b) Tehnik Pembentukan Secara BebasTeknik ini adalah dengan menyerahkan pembentukan kelompok belajar itukepada anak-anak sementara guru atau pembimbing tidak ikut campur tangan.Tehnik ini merupakan tehnik yang sebaliknya dari yang pertama.Tehnik inipun mengandung segi-segi yang menguntungkan disamping juga ada segi-segi yang menguntungkan disamping juga adasegi-segi kelmahannya
·      Keuntungannya ialah :
• Anak-anak dapat memilih teman –teman yang betul-betul cocok sehingga mereka betul-betul kompak dan dapat diharapkan akan dapat berlangsung dengan baik.
• Di dalamn kelompok itu ada kepercayaan yang mendalam sehinggaanta mereka dapat berterus terang mengenai segala sesuatu.
·      Kelemahannya ialah :
• Mungkin akan ada anak yang tidak dipilih sama sekali untuk masuk kekdalam kelompok. Bila hal ini terjadi maka akan membawa akibatyang kurang baik.
• Ada kemungkinan bahwa kelompok yang satu dengan yang lain akansaling tertutup menutupi sehingga akan dapat menimbulkan ekses yangkurang baek.
• Ada kemungkinan bahwa anak-anaka yag pandai akan menjadi satukelompok, demikian pula dengan anak-anak yang bodoh.situasi yangdemikian tentu akan berakibat tidak baik.
• Ada kemungkinan anak –anak dari lingkungan sosial yang baik,terutama dari segi sosial-ekonomi, menjadi satu dan demikian jugasebaliknya.keadaan yang demikian ini jelas tidak baik dari segi pendidikan karena pada anak-anak akan tertanam sifat atau sikap yangkurang baik.anak yang satu akan memandang rendah anak yang lainc)Tehnik Pembentukan Secara TerpimpinPembentukan kelompok belajar dengan tehnik ini merupakan tehnik yangsebaik-baiknya.Tehnik ini merupakan perpaduan dari kedua tehnik diatas.
·      Manfaat Kelompok Belajar
1.Belajar dengan membentuk kelompok belajar sendiri dapat memotivasisemangat belajar antara teman satu dengan lainnya.
2.Saling berbagi informasi dan pengetahuan antara teman. Teman yang pandai dapat mengajari dan menularkan kepandaiannya kepada temanlainnya. Dengan begitu, materi yang diserap oleh siswa dapat meratakepada siswa lain.
3.Membangun komunikasi timbal balik dengan adanya diskusi.
4.Bekerjasama menyelesaikan PR maupun tugas sekaligus bersosialisasi diluar sekolah sehingga tidak membosankan.
5.Meringankan tugas yang diberikan kepada siswa karena dikerjakan bersama-sama dengan siswa yang lain.
6.Mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa dalam menanggapi suatu permasalahan.
7.Belajar lebih menyenangkan karena dikerjakan secara berkelompok.
·      Belajar Kelompok yang Efisien
1.Jumlah anggota kelompok maksimal adalah 5 orang. Dengan anggotakelompok yang tidak terlalu banyak diharapkan siswa bisa lebih focusdalam berdiskusi.
2.Tentukan materi belajar jauh-jauh hari sebelum belajar kelompok dilaksanakan. Menentukan materi belajar sebelum belajar kelompok dilakukan adalah sangat penting agar semua anggota bisa mempersiapkandiri terhadap materi yang akan didiskusikan.
3.Waktu belajar kelompok minimal 2 jam tiap pertemuan dan dilakukan 3kali dalam seminggu.
4.Ciptakan suasana belajar yang serius tapi santai. si.
5.Manfaatkan waktu untuk mengerjakan soal-soal yang telah disepakati.
2.4 Kelompok Belajar Berdasarkan Pengelompokan Sosial
Pengelompokan yang dimaksud adalah sebuah metode pemisahan siswa dalam sebuah kelompok belajar berdasarkan aspek sosial anak,sosial disini berarti cangkupan bersosialisasi peserta didik dengan teman – temannya yang ada di kelas.
Sosial disini juga berarti sejauh mana pergaulan peserta didik dengan teman – temannya dikelas,dengan temannya yang dirasa oleh mereka dekat maupun temannya yang kurang dekat dengan mereka.
Dalam sebuah kelompok belajar inilah yang sangat diharapkan oleh guru dapat menunjang prestasi belajar peserta didik serta pemahaman meteri ajar oleh peserta didik.Diharapkan siswa dapat berinteraksi dengan baik dengan teman-temannya dalam satu kelompok belajar kecil,dalam hal ini berdasarkan pengelompokan sosial siswa cenderung memilih teman yang dianggapnya dekat dan mereka senangi.Mereka juga akan meresa tidak nyaman bila guru menentukan teman sekelompoknya adalah teman yang kurang dekat bahkan tidak mereka sukai,karena dlam hal ini peserta didik akan merasa leluasa dan enjoy dalam bekerja dalam sebuah kelompok belajar jika sekelompok dengan teman dekatnya sendiri atau teman bermainnya dirumah.

Ada 2 faktor yang mempengaruhi pengelompokan sosial :
·      Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal.
Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
·      Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang leih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
Menurut Para ilmuan :
·      Mayor Polak
Kelompok belajar adalah Sejumlah orang yang saling berhubungan dalam sebuah struktur.
·      Robert K Merton
Kelompok belajar adalah Suatu unit yg terdiri dari 2 orang/lebih, yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.
·      Mac Iver & Charles H Page
Kelompok belajar adalah Himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yg hidup bersama. Bersifat saling mempengaruhi dan dengan kesadaran untuk saling menolong.
2.5  Ciri dari kelompok belajar berdasarkan pengelompokan sosial :
·      Menurut Soerjono Soekanto
-         Adanya kesadaran sebagai bagian drai kelompok yang bersangkutan
-         Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yg lain.
-         Ada suatu faktor pengikat yg dimiliki anggota-anggota kelompok, sehingga hubungan  diantara mereka bertambah erat
-         Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilakuyg sama
-         Bersistem dan berproses
2.6  Penggunaan metode kerja kelompok :
a.       Pengelompokan untuk mengatasi kekurangan alat-alat pelajaran :
Dalam sebuah kelas, guru akan mengajarkan Sejarah Mesir kuno; Ia tidak mempunyai bahan bacaan yang cukup untuk tiap siswa. Maka untuk memberi kesempatan yang sebesar-besamya kepada siswa, kelas dibagi atas beberapa kelompok. Tiap kelompok diberi sebuah buku untuk dibaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telab disediakan guru.
 
b.      Pengelompokan atas dasar perbedaan kemampuan belajar :
Di suatu kelas, guru dihadapkan pada persoalan bagai mana melaksanakan tugas sebaik-baiknya terhadap kelas yang sifatnya heterogen, yakin berbeda-beda dalam kemampuan belajar. Pada waktu pelajaran matematika, Ia menemukan bahwa ada lima orang siswa tidak sanggup memecahkan soal seperti teman-teman lainnya. Guru menyadari bahwa ia tidak mungkin rnengajar kelas dengan menyamaratakan seluruh siswa, karena ada perbedaan dalam kesanggupan belajar. Maka ia membagi para siswa dalam beberapa kelompok dengan anggota yang mempunyai kemampuan setaraf kemudian diberi tugas sesuai dengan kemampuan mereka. Sekali-kali ia meninjau secara bergilir untuk melihat kelompok mana yang membutuhkan pertolongan atau perhatian sepenuhnya.
 
c.       Pengelompokan atas dasar perbedaan minat belajar :
Pada suatu saat para siswa perlu mendapat kesempatan untuk memilih suatu pokok bahasan yang sesuai dengan minatnya. Untuk keperluan ini guru memberikan suatu pokok bahasan yang terdiri dari beberapa sub-pokok bahasan. Siswa yang berminat sama dapat berkumpul pada suatu kelompok untuk mempelajari sub-pokok bahasan yang dimaksud.
 
d.      Pengelompokan untuk memperbesar partisipasi tiap siswa :
Di suatu kelas, guru sedang mengajarkan kesusastraan. Ia memilih suatu masalah tentang lahirnya sastra baru. Dikemukakanlah masalah-masalah khusus, satu diantaranya ialah mengapa ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran kebangsaanlah yang menjadi perbedaan hakiki antara kesusastraan Melayu dengan kesusastraan Indonesia. Guru tidak mempunyai waktu yang berlebihan, akan tetapi ia mengingjnkan setiap siswa berpartisipasi secara penuh. Untuk setiap masalah diperlukan pendapat atau diskusi. Maka dipecahkan kesatuan kelas itu menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dengan tugas membahas permasalahan tersebut dalam waktu yang sangat terbatas. Selesai pembahasan kelompok, setiap kelompok rnengemukakan pendapat yang dianggap pendapat kelompok tersebut. Cara mengajar ini dimaksudkan untuk merangsang tiap siswa agar ikut serta dalam setiap masalab secara intensif. Tak ada seorangpun diantara mereka yang merasa mendapat tugas lebih berat dari pada yang lain. Pengelompokkan sementara dan pendek semacam ini disebut juga rapat kilat.
 
e.       Pengelompokan untuk pembagian pekerjaan :
Pengelompokkan ini didasarkan pada luasnya masalah, serta membutuhkan waktu untuk mem peroleh berbagal informasi yang dapat menunjang pemecahan persoalan. Untuk keperluan ini pokok persoalan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok (tiap kelompok menyelesaikan satu aspek persoalan). Siswa harus mengumpulkan data, baik dari lingkungan sekitar maupun melalui bahan kepustakaan. Oleh karena itu proyek ini tidak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat seperti halnya rapat kilat, melainkan kemungkinan membutuhkan waktu beberapa minggu. Jadi pengelompokkan disini bertujuan membagi pekerjaan yang mempunyai cakupan agak luas. Kerja kelonipok ini membutuhkan waktu yang panjang.

f.        Pengelompokan untuk belajar bekerja sama secara efisien menuju ke suatu tujuan :
Langkah pertama adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang harus dikerjakan siswa, kemudian membagi siswa menurut jenis dan sifat tugas, mengawasi jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan kemajuan kelompok. Di sini jelas walaupun siswa bekerja dalam kelompok masing-masing dan melaksanakan bagiannya sendiri-sendiri, namun mereka harus memusatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai, dan menjaga agar jangan sampai keluar dan persoalan pokok. Lain halnya dengan pengelompokkan untuk pembagian pekerjaan seperti tersebut di atas, tugas kelompok di sini tidak penlu diselesaikan dalam jangka waktu panjang, guru dapat memilih persoalan yang dapat didlskusikan di kelas.
Kelebihan dan kelemahan kerja kelompok :

Kelebihan :
a.       Dapat memupuk nasa kenjasama.
b.      Suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan.
c.       Adanya persaingan yang sebat.

Kelemahan :
a.       Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain.
b.      Bila kecakapan tiap anggota tidak seimbang, akan rnenghambat kelancaran tugas, atau didominasi oleh seseorang.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Siswa SD  sebenarnya selalu membutuhkan adanya kelompok pada saat melakukan kegiatan belajar. Dalam kelompok, siswa dapat mengaktualisasikan diri. Melalui kegiatan belajar dalam kelompok, siswa memperoleh banyak hal antara lain siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih banyak karena mereka dapat belajar dari sesama teman.
Belajar dari sesama teman memiliki makna lebih besar sebab siswa lebih mudah memahami bahasa dan isyarat yang diberikan oleh temannya. Lewat kegiatan berkelompok pula siswa memperoleh berbagai hal yang sulit didapatkan pada saat belajar sendiri, seperti sikap mau menghagai orang lain, sikap mau menerima orang lain, bekerja sama, dan sikap menikmati hidup bersama orang lain.
Dalam sebuah kelompok belajar inilah yang sangat diharapkan oleh guru dapat menunjang prestasi belajar peserta didik serta pemahaman meteri ajar oleh peserta didik.Diharapkan siswa dapat berinteraksi dengan baik dengan teman-temannya dalam satu kelompok belajar kecil,dalam hal ini berdasarkan pengelompokan sosial siswa cenderung memilih teman yang dianggapnya dekat dan mereka senangi.
3.2 Saran
            Buatlah kondisi kelas  konndusif terlebih dahulu agar peserta didik siap untuk menerima dan menyerap pelajaran yang akan mereka dapatkan.Gunakanlah metode dan strategi yang tepat dalam penyampaian materi ajar agar mudah di cerna oleh peserta didik,pakailah media pembelajaran yang cocok dan sederhana agar pemahaman siswa terhadap materi yang kita sampaikan dapat maksimal.
Ketika kita akan membuat sebuah kelompok belajar dalam sebuah kelas usahakan perhatikan aspek – aspek yang penting diantaranya aspek sosial,teman dekat dan kemampuan anak,itu semua akan memudahkan siswa dalam berinteraksi ketika belajar kelompok.
Buatlah peserta didik senyama mungkin dengan kita,dengan teman – temannya,dengan pelajarannya serta dengan suasana kelasnya agar tercipta pemahaman materi yang maksimal dari peserta didik terhadap materi pelajaran yang kita sampaikan.


DAFTAR PUSTAKA

·        www.google.com
·        Wikipedia.com//kelompok belajar
·        Google search//kelompok belajar siswa
·        Google.search//kelompok belajar berdasarkan pengelompokan sosial
·        http://kelompok belajar dan peran guru dalam mengoptimalkan prestasi belajar siswa.